Mobil Matic Anda Mogok Di Jalan? Lakukan Ini, Semu...
True Story : Pengalaman Berobat Di Rumah Sakit Siloam Denpasar
Ditulis oleh : Putu Adi, 27 Agustus 2022
Kenapa saya menulis artikel ini?
Saya sudah punya rencana bakal nulis artikel ini, pada saat saya mengajak Ayah saya berobat ke Dokter Spesialis, di Rumah Sakit Siloam, sekitar pertengahan Bulan Juli 2022 lalu.
Kebetulan kami sekeluarga pakai Kartu Badung Sehat (KBS), kalau yang belum tau KBS itu apa, intinya mirip seperti BPJS lah. Cuman bedanya, premi Bulanannya dibayarin oleh pemerintah daerah Kabupaten Badung Bali. Semua warga Badung Bali pasti punya kartu ini kok.
Baca juga : Cara pakai Kartu Badung Sehat (KBS)
Nah kebetulan prosedur berobat menggunakan Kartu Badung Sehat ini, sebelum kita mendapatkan pengobatan dari dokter spesialis di Rumah Sakit, kita harus mencari surat rujukan dulu ke Puskesmas terdekat.
Nah waktu saya datang ke Puskesmas terdekat, dokter umum disana memberikan dua pilihan rumah sakit rujukan. Antara Rumah Sakit Mangusada (RS. Kapal), atau Rumah Sakit Siloam Denpasar.
Ya otomatis lah, saya langsung pilih Rumah Sakit Siloam Denpasar aja. Kenapa? ada dua alasan.
Alasan yang pertama, “pengalaman”. Kami sekeluarga punya cerita tersendiri dengan Rumah Sakit Mangusada (RS. Kapal), tau betul bagaimana pelayanannya. Karena sudah pernah beberapa kali berobat kesana, ya pengen nyoba opsi lain aja sih.
Alasan yang kedua, karena “merk” sih. Antara dua rumah sakit itu, di kelapa saya, Rumah Sakit Siloam itu, rumah sakit yang elit, dan skala Internasional juga kan. Jadi saya pikir, pasti berobat disana bakal jauh lebih baik, dari segi layanan, maupun fasilitasnya.
Setelah saya sampaikan ke petugas puskesmas, dimana saya minta agar dirujuk ke Rumah Sakit Siloam aja. Tak lama setelah itu, surat rujukannya pun di cetak, ditanda tangani, dan di stempel. Lalu surat tersebut diserahkan kepada saya.
Nah kebetulan, jadwal praktek dokter spesialisnya itu jam 1 siang. Karena masih pagi, saya pulang dulu kerumah, sambil menunggu waktu, saya pun iseng googling tentang Rumah Sakit Siloam Denpasar.
Kebetulan dihalaman pertama, muncul profile RS. Siloam, di halaman Google Maps. Dan saya langsung kaget banget!!! karena di Google Maps, cuman dapet bintang 3,4 dari total 1.507 review (update 28 Agustus 2022). Karena penasaran, saya langsung bacain review nya, satu persatu.
Wah gilaaaa, banyak banget yang komplain disana, dan komplainnya pun macem-macem.
Saya mikir…. “aduuhhh mana surat rujukan udah dicetak, kalau mau ngerubah pun, pasti bakal ribet banget kan” gitu pikir saya.
Wah saya dilema banget, karena ini juga pengalaman pertama saya, ortu sakit keras, dan harus dibawa ke rumah sakit. Tanpa pengalaman sama sekali, tentu dihantui sama pikiran macem-macem kan? dan saya juga nggak pengen ada yang salah kan? Karena saya ngurusin ini semua sendirian.
Saya tanya sana sini via telepon, diskusi sama kakak, adik, sepupu-sepupu, sama ponakan juga (kebetulan di keluarga besar, ada beberapa yang jadi dokter dan bekerja sebagai tenaga medis juga), tapi semua tetap nyaranin ke Rumah Sakit Siloam aja.
Ditengah kebingungan dan keraguan, akhirnya saya pasrahin aja semuanya, ikutin saran dari mereka.
Nah di momen inilah, saya punya ide untuk mendokumentasikan semuanya. Pokoknya, pengalaman seperti apapun nanti yang saya terima, baik ataupun buruk, saya akan tulis pengalaman tersebut di blog, dan memberikan review saya di google maps juga. Biar orang-orang pada tau juga kan.
Karena saya yakin, nanti pasti ada orang-orang yang seperti saya juga. Yang dilema karena sudah terlanjur memilih Rumah Sakit Siloam Denpasar, tapi belakangan baru baca-baca review di Google Maps.
Nahhh.. Saya kasih bocoran, biar nggak perlu baca semuanya. Intinya, hari itu saya datang, untuk pertama kalinya. Lalu, melewati serangkaian treatment pengobatan, mulai dari medical check up yang pertama, besoknya kesana lagi cek lab (darah dan urine), beberapa hari kemudian datang lagi untuk USG, dan sampai akhirnya datang untuk kontrol rutin ke dokter spesialisnya.
Nah sampai hari ini, saya sudah datang bolak balik kesana sekitar 5 kali. Dan menurut saya, pelayanan dan fasilitasnya, excellent! memuaskan banget.
Apa yang di komplainkan orang-orang di Google Maps, sama sekali tidak saya alami. Padahal saya udah mikir yang aneh-aneh duluan, karena habis baca review tersebut.
Ehh tapi malah justru sebaliknya, saya justru merasakan pengalaman yang menyenangkan banget, dimana semua petugas “yang kebetulan” melayani kami saat itu, semuanya ramah-ramah dan responsif.
Mulai dari tukang parkir yang sigap mencarikan tempat parkir, kemudian satpam yang sigap membantu ngegotong ayah saya ke kursi roda, lalu ada suster yang menyambut kami di lobby yang kemudian menemani kami jalan dari lobby sampai ke ruang pendaftaran sambil ngobrol tentang kondisi ayah saya, kemudian petugas administrasi yang begitu sabar menjelaskan prosedur berobatnya, kemudian naik ke lantai 5, ketemu suster (asisten dokter) yang membantu cek suhu badan, dan tensi. Sampai akhirnya ketemu langsung dengan dokternya.
Semua bekerja dengan excellent! Nggak hanya ramah dan responsif, tapi juga mereka punya empati. Bekerja dengan hati. Padahal kami berobat kesana pakai Kartu Badung Sehat loh (seperti BPJS). Sama sekali nggak ada perbedaan cara melayaninya.
Jadi saya juga bingung, kenapa banyak orang pada komplain ya? padahal rumah sakitnya bagus banget, petugasnya ramah-ramah, pelayanannya excellent!, fasilitasnya bagus. tapi kenapa bisa ada yang komplain ya?
Nah di hari keberapa saya lupa, nanti saya akan ceritakan juga, dimana ada satu momen yang akhirnya bikin saya paham, kenapa Rumah Sakit sebagus gini, pelayanan yang excellent seperti ini, masih di komplain.
Kalau mau tau pengalaman lengkapnya, silahkan lanjut baca sampai habis ya. Karena selain menceritakan kesan yang saya dapatkan, di artikel ini saya juga menjelaskan secara detil, apa-apa aja yang harus kalian tau, sebelum berobat ke sana, terutama untuk kamu yang berobat ke Rumah Sakit Siloam Denpasar menggunakan Kartu Badung Sehat (KBS) ataupun BPJS.
Bersambung…
Ceritanya masih panjang. Keburu ngantuk. 😪
Cari pembahasan apa?