Mindset Cara Memulai Channel Youtube Dari Nol (Blog Dokumenter)

Ini bukan tutorial yang menjelaskan klik ini, klik itu,… bukan tutorial teknis. Tapi lebih ke arah mindset. Pola pikir apa, yang harus kita tanamkan di kepala kita, agar wacana membuat channel youtube, tidak hanya sekedar wacana belaka, tapi benar benar terealisasi dan konsisten mengupload video pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

Kenapa memulai channel youtube itu sulit?

Banyak orang-orang yang bertalenta, yang pengen bikin channel youtube, tapi nggak mulai-mulai. Bukan karena tidak bisa membuat channel youtube, bukan juga karena tidak bisa bikin video, bukan itu masalahnya. Tapi karena dihalangi oleh mindsetnya.

Kebanyakan orang, terlalu banyak mikir, terlalu banyak pertimbangan, bagaimana nanti kalau begini, bagaimana nanti kalau begitu. Takut hasilnya jelek, takut nggak ada yang nonton, dll. Ditambah lagi sifat perfeksionis, harus punya kamera bagus dulu, harus punya laptop bagus dulu, harus punya studio yang proper dulu. waduh!  Akhirnya nggak mulai-mulai.

Nah sejujurnya, saya adalah salah satu orang yang seperti ini. hehehhe

Maka dari itu, artikel ini adalah bentuk komitmen saya, dalam rangka mewujudkan channel youtube pertama saya.

Artikel ini adalah dokumentasi eksperimen

Disini akan saya dokumentasikan semuanya, mulai dari ilmu-ilmu yang saya pelajari dari beberapa sumber, kemudian bagaimana saya mempraktekannya, dan bagaimana hasilnya. 

Intinya, artikel ini adalah dokumentasi perjalanan saya membangun channel youtube dari nol, hingga berhasil.

Saya akan mengatakan diri saya berhasil membangun channel youtube, disaat saya sudah berhasil mendapatkan penghasilan dari youtube, baik dari google adsense, ataupun dari sumber lainnya, seperti hasil dari jualan produk, affiliate program, endorse, dll.

Jadi tolak ukur keberhasilannya adalah penghasilan.

Ini semua untuk upaya pengembangan diri

Walaupun “tujuan akhirnya” adalah ujung-ujungnya uang, Tapi “tujuan saya memulai” channel youtube, bukanlah uang. Tapi lebih kepada, upaya pengembangan diri.

Karena saya pernah berada di fase dimana, saya merasa diri saya pintar, saya merasa diri saya hebat, punya banyak ide-ide cemerlang, dan seterusnya… Tapi ternyata semua itu semu! alias tidak nyata.

Karena semua itu hanya ada di dalam pikiran saya aja. Sehingga sepintar apapun kita, sehebat apa kita, secemerlang apapun ide-ide kita,… Kalau tidak bisa diwujudkan, dan tidak ada manfaatnya untuk orang lain, yaaaaa… itu semua tidak ada gunanya sih.

Nah lewat channel youtube ini, nantinya segala hal yang saya tau, akan saya bagikan, sehingga moga-moga aja bisa bermanfaat untuk orang banyak.

Proses pengembangan channel youtube

Baiklah, di dalam artikel dokumentasi ini, tiap levelnya, akan melalui 3 fase ini : 

  1. Teori

Bagian dimana saya akan pelajari teori-teori dasar yang harus saya tau, sebelum membuat channel youtube. Menurut saya ini bagian yang penting, karena dengan tau teori-teorinya, kita akan melewati proses-proses dengan lebih efisien. 

  1. Praktek

Setelah tau teorinya apa, langsung di praktekan. Dan saya yakin, nanti saya pasti melakukan beberapa kesalahan, dan hasilnya pun tidak langsung bagus, dan ada norak-noraknya dikit, tapi mohon dimaklumi, karena ini masih proses.

  1. Hasil

Tiap kali mempraktekan teori baru, nanti kita lihat sama sama, bagaimana hasilnya. Apakah berhasil, apakah gagal. Jika berhasil syukur, jika gagal kita cari solusinya.

Sehingga akan ketahuan, teori mana yang berhasil, teori mana yang tidak. Karena tiap orang, pada akhirnya punya caranya masing-masing. Apa yang berhasil di orang lain, belum tentu berhasil juga di kita kan? begitu juga sebaliknya.

Untuk tau mana yang berhasil atau tidak, ya dengan cara di coba.

Framework : Cara Mudah Memulai Channel Youtube

Framework ini saya dapatkan dari seorang youtubers, dari London inggris bernama “Ali Abdaal”. Saat ini channel youtubenya sudah memiliki 3,5 juta subscribers, dan kontennya seputar cara menghasilkan uang dari internet.

Disalah satu videonya, beliau menjelaskan framework Cara Memulai Channel YouTube untuk pemula. Sangat sederhana, tapi langsung to the point.

Menurut beliau, ada 3 level yang harus kita lalui untuk memulai channel youtube.

Level 1 : Goalnya adalah memulai semuanya dengan mengupload video pertama, lalu video kedua, ketiga, dan seterusnya. Jelek nggak apa apa, asalkan kita sudah memulai.

Level 2 : Goalnya adalah untuk menjadi jauh lebih bagus dari beberapa video sebelumnya. Mulai mempertimbangkan hal-hal teknis agar hasil video kita menjadi jauh lebih bagus.

Level 3 : Goalnya adalah untuk menjadi lebih besar, selain bekerja keras, kita juga harus mulai bekerja cerdas. Sehingga channel yang kita bangun tidak hanya sekedar channel youtube, tapi sudah menjadi mesin uang semi otomatis.

Level 1 : Agar semuanya dimulai

Di level ini, PR utama kita hanyalah melawan rasa takut, lalu mulai bikin video pertama, lalu menguploadnya ke youtube. Video pertama udah pasti jelek, gimana gugupnya berbicara di kamera, buruknya kualitas editing, dll. Tapi saat kita berhasil menerobos tembok pertama ini, kita akan mulai tau bahwa “Oh, ternyata nggak buruk buruk amat….” apa yang kurang di tambah, apa yang udah bagus, makin ditingkatkan lagi.

  • Upload video percobaan dengan mode private

Ambil HP, lalu rekam diri kamu yang menjelaskan tentang channel youtube ini, kenalkan diri siapa kamu, apa yang kamu lakukan di channel ini, dan seterusnya.

Lalu upload video dengan mode private, sehingga tidak ada satu orangpun yang melihat videonya. Yang penting kita ngerasain bahwa ternyata upload video ke youtube tidak sulit. 

  • Upload video berikutnya dengan mode publik

Bikin video yang kedua, lalu upload dengan mode publik. Dari sini kita akan tau, tidak ada bedanya antara mengupload video mode private dan publik, karena tidak ada satupun orang yang ngeliat video kita. Karena subscribers masih nol kan? dan selama tidak kita share link video tersebut ke orang lain, maka tak ada yang peduli.

Dengan melewati dua tahap ini saja, rasa takut dan kuatir kita akan mulai bisa teratasi, dan lama lama, ketakutan itu semakin hilang karena kita sudah mulai terbiasa.

Kamu tidak harus membuat video dengan memperlihatkan wajahmu, tidak harus. Kamu bisa bikin video tanpa memperlihatkan wajah sama sekali. Cukup dengan suara saja sudah cukup.

Karena banyak channel youtube besar, hingga sekarang tidak pernah menampilkan wajahnya. Tapi sudah punya jutaan subscribers dan menghasilkan banyak uang.

Bahkan kalau kamu bingung topik apa yang akan di omongin di video berikutnya, di tahap ini tidak begitu penting. Hal ini bisa kita lakukan di tahap tahap berikutnya. Sekarang yang terpenting adalah MEMULAI..!

Sampai akhirnya terbiasa berbicara depan kamera, dan rutinitas-rutinitasnya.

Topik topik yang bisa kamu jadikan bahan video, dengan membahas hal-hal yang kamu suka, dan hal-hal yang kamu bisa.

Perhatikan sekeliling kamu, lihat barang-barang yang kamu suka, lalu coba review, itu barang apa, dimana belinya, berapa harganya, dll.

Mulai saja bikin videonya, karena tidak ada yang akan peduli, tidak akan ada yang nonton, karena kita masih di level 1. yang goalnya adalah MEMULAI…!

Pilihan #1 berhenti atau lanjut? 

Setelah kamu mengupload setidaknya 30 video pertama, dan mulai merasa terbiasa dengan rutinitas di level 1, kamu harus mulai melakukan pilihan yang pertama, tanyakan ke diri kamu, apakah saya merasa happy dengan ini semua? apakah akan saya lanjutkan?

Tujuan dari pengambilan keputusan ini adalah, agar kita tidak menyesal suatu saat nanti. Di tahap ini setidaknya kita sudah berusaha mencoba. Tapi kenyataannya youtube tidak untuk semua orang ia kan?

Jadi tanyakan ke diri kamu, apakah kamu berhenti atau lanjut?

Jika kamu memilih berhenti, tidak masalah. kamu tidak akan menyesal. Karena setidaknya kamu sudah mencoba, dan akhirnya tau, apakah kamu merasa bahagia dengan ini semua atau tidak. Apakah ini jalanmu atau tidak.

Jika kamu memilih lanjut, maka selanjutnya kamu pilih lagi. Seperti apa hubungan kamu dengan channel youtube ini.

Apakah hanya melakukan ini dengan casual untuk kesenangan aja.

Ataukah, memang untuk hal yang lebih serius.

Casual artinya, kalau niat bikin video, ya bikin. tanpa ada ekspektasi apa apa. Just for fun aja.

Kalau Serius, artinya kamu harus punya goal yang jelas, perhari, perminggu, perbulan dan pertahun. Karena kita punya ekspektasi, bahwa channel ini suatu saat harus menjadi channel yang besar. Sehingga kamu harus berkomitmen membuat konten rutin dan konsisten.

Level 2 : Agar jadi bagus

Untuk berpindah level dari level 1 yang buat video hanya untuk sekedar mulai saja, di level 2 ini, goal kita sudah harus menghasilkan konten-konten yang bagus dan berkualitas. Tidak sekedar video yang dibuat asal asalan, tapi semua sudah harus terkonsep dengan matang.

Disini kita mulai belajar tentang menghasilkan gambar yang bagus, mulai penggunaan kamera, setting cahaya, setup ruangan, dan lain sebagainya. Intinya upaya agar video yang kita upload ke youtube, kualitas yang terbaik yang bisa kita buat.

Ada dua cara untuk menjadi bagus. Yang pertama adalah dengan mengejar kuantitas (jumlah), yang kedua adalah mengejar kualitas.

Tapi kalau kamu bukan pro, sebaiknya mulailah dulu dari mengejar kuantitas (jumlah), karena tiap 1 video yang kamu buat, skill kamu akan semakin meningkat, sehingga lama lama makin mudah membuat video yang berkualitas.

Fokus bikin video secara konsisten, tiap hari ataupun tiap 3 hari sekali, dan lakukan 1% peningkatan tiap video baru yang kamu buat. Maka lama lama suatu saat nanti kamu akan mudah membuat video yang berkualitas.

Definisi video bagus itu apa? biasanya orang orang akan menilainya dari :  Judul, thumbnails, susunan konten, personaliti kita, sudut pengambilan gambar, pencahayaan, editing warna, transisi video, background music.

Lakukan juga dengan meningkatkan kualitas dari cara kita bicara, merapikan struktur script (tidak bertele tele / langsung ke poinnya), menambahkan jokes, dll.

Karena sebagai youtubers, kita dituntut harus menguasai dan mampu mengerjakan segala profesi ini dengan baik. Tugas yang berat sih emang, tapi untuk kita yang memang berniat untuk mengembangkan diri, mungkin proses ini akan jadi menyenangkan. Karena merasakan pertumbuhan skill dari yang awalnya tidak tau ini jadi tau, yang awalnya tidak bisa ini jadi bisa.

Cara mengukur apakah video kamu bagus/jelek?

Nah cara ngetes atau ngukurnya, bisa dengan “Test Kengerian”. Ada dua test yang bisa dilakukan. Secara Internal (Intrinsik) dan secara External (Ekstrinsik).

Internal Test

Test kengerian adalah, dimana saat ada seseorang nyapa kamu, dan bilang “Hey, kemarin aku liat video youtubemu…” lalu, apa yang kamu rasakan? kalau kamu merasa ngeri atau malu, atau apapun perasaan negatif yang kamu tunjukan kepada diri kamu sendiri, itu artinya secara internal kamu merasa video ini memang belum bagus.

Tapi kalau kamu merasa bangga sama diri kamu sendiri. bisa jadi itu adalah indikasi bahwa kamu percaya pada diri kamu sendiri bahwa kualitas video kamu nggak buruk buruk amat.

Eksternal Test

Atau ternyata tidak ada orang yang datang untuk mengapresiasi video kamu? tinggal cek, seberapa banyak perbandingan antara orang yang mengklik video kamu dan menontonnya? Karena ini adalah validasi yang paling hakiki.

Karena goal kita melakukan semua ini hanya untuk 2 hal ini. Gimana caranya agar mendapatkan klik sebanyak banyaknya, dan bagaimana cara agar orang menonton selama-lamanya video kita.

Jika kita mampu mengerjakan 2 hal tersebut dengan baik, maka kunci sukses menjadi seorang youtubers, sudah ada ditanganmu.

Perlu kamu ingat juga bahwa, di awal – awal membangun channel youtube, data yang bisa kita olah masih sangat kecil, sehingga kita sulit menggunakan data tersebut sebagai alat ukur yang akurat.

Tapi salah satu hal lain yang bisa kamu jadikan tolak ukur, apakah video kamu sudah baik atau masih buruk, adalah dengan melihat reaksi orang (engagement), lewat likes/dislikes dan isi di kolom komentar.

Dengan melihat bagaimana reaksi dari penonton video kamu, disana kamu bisa menilai apakah video kamu sudah cukup bagus atau tidak.

Apapun hasilnya, baik atau masih buruk, berkomitmenlah tetap mengupload video setidaknya 1 atau 2 video tiap minggu. Dan tiap video baru yang kamu buat, kamu harus terus belajar, dan terus meningkatkan kualitasnya, setidaknya 1% peningkatan tiap video baru yang kamu buat.

Pilihan #2 Lanjut sebagai Hobi atau Bisnis? 

Tibalah akhirnya kamu harus memilih, apakah channel ini akan kita lanjutkan hanya sebatas hobi yang “menghabiskan” uang, atau bisnis yang “menghasilkan” uang. 

Masing-masing pilihan punya konsekuensi. Apakah kamu melakukan semua ini hanya untuk hobi, atau sebagai bisnis? Tiap orang pilihannya akan beda beda, dan sama sekali tidak ada yang salah dengan itu.

Lanjut sebagai hobi

Untuk channel youtube pribadi “PutuAdi.id”, ini saya perlakukan sebagai Hobi saja. Untuk saya bercerita hal-hal yang saya suka, hal-hal yang saya pelajari, dan sejenisnya.

Tapi untuk channel saya yang lain, seperti wiki kombucha dan apotek hidup misalnya, memang saya desain dari awal sebagai channel bisnis.

Intinya tiap orang punya pilihannya masing-masing, bebas, tidak ada salah dan benar. Tapi yang paling penting adalah, kita benar-benar harus bisa membedakan, apakah kita melakukan semua ini untuk hobi atau untuk bisnis.

Karena kalau kita tidak memilih salah satunya, kuatirnya kita salah berekspektasi. Karena dua pilihan itu, punya aturan main yang sangat berbeda.

Kalau kita memilih hobi, artinya kita melakukan semua ini hanya untuk seneng-seneng aja. Fokusnya untuk kesenangan diri sendiri. Dan tidak ada yang salah dengan ini, karena saya pribadi juga membuat channel bernama “Coverin Dong.” hanya untuk seneng senang saja. Saya main gitar, mengcover lagu-lagu favorit saya. Dan tidak ada upaya sedikitpun yang saya lakukan disana untuk memonetisasi, agar mendapatkan uang. Malahan apa yang saya lakukan disana, justru menghabiskan banyak uang, untuk membeli gitar, beserta perlengkapan lainnya. Jika kita memilih sebagai hobi, maka kita tidak perlu kuatir dengan hal-hal yang ada di Level 3 ini.

Enaknya, hati senang. Nggak enaknya nggak dapet uang.

Tapi sekali lagi, tidak ada yang salah jika kita memang harus memilih channel ini sebagai hobi. Yang paling penting disini adalah, menyadari bahwa aturan main antara kedua pilihan ini berbeda.

Lanjut sebagai bisnis

Tapi, misalnya kalau kita memilih channel ini sebagai channel bisnis, hal pertama yang harus kita sadari dari awal adalah, kita melakukan semua ini untuk menghasilkan uang. Uang datang dari audience, maka fokus kita untuk menyenangkan audience kita.

Banyak youtubers pemula, yang berhasil sampai di level 3, yang awalnya melakukan semuanya atas dasar kecintaan, apa yang ia suka, dan apa yang ia bisa, kemudian sedikit demi sedikit mulai mengalami dilema.

Karena membuat konten di youtube, kini sudah menjadi “pekerjaan”. Punya tuntutan untuk disiplin dan konsisten, secara terus menerus memproduksi video video baru, lagi dan lagi.

Mungkin dulunya membuat video di youtube adalah “pelarian” dari rutinitas yang membosankan. Sekarang, membuat video youtube pada akhirnya berubah juga menjadi rutinitas yang membosankan. Sehingga banyak youtubers, butuh pelarian baru, untuk keluar dari rutinitas membosankan sebagai youtubers.

Akhirnya banyak youtubers pemula, mengalami burnout. Maka berhati-hatilah.

Namanya juga bisnis. Contohnya, misalkan kita buka toko. Kita tidak bisa hanya menjual barang-barang yang kita suka kan? Karena pemasukan toko, datang dari customer. Maka, Kita harus menjual barang-barang yang disukai oleh customer kita. Walaupun kita kita menyukai barang tersebut.

Tapi ini juga tidak kaku banget. Kalian bisa memilih takaran yang pas, dimana kamu bisa tetap enjoy, di satu sisi juga tetap bisa “bisnis” untuk menghasilkan uang.

Berikut adalah gambar venn diagram. Yang memetakan posisi yang ideal.

Jadi ambilah irisan yang paling tengah, antara hal yang kamu suka, hal yang kamu bisa dan hal yang audience suka.

Level 3 : Agar jadi besar

Berikut ini adalah 3 hal yang bisa kita gunakan untuk sukses di level ke 3 untuk menjadi besar. Yaitu : workflow (alur kerja), cashflow (arus kas), dan outflow (alur penyelesaian).

Workflow atau alur kerja, kita memerlukan strategi kerja dan sistem kerja. Sedangkan Cashflow atau arus kas (penghasilan), kita harus fokus membangun value yang menjadi produk dari channel kita, dan terakhir Outflow atau alur penyelesaian, sudah saatnya kita pindah dari yang awalnya bekerja keras, kini sudah harus mulai bekerja cerdas. Sehingga kita sudah harus merekrut tim, dan membentuk management yang handal.

Tapi disini kita cukup fokus pada Workflow atau alur kerja dulu. Karena ini PR pertama yang harus dikerjakan sebelum mengerjakan dua hal lainnya.

Kita mengembangkan strategi yang mencakup :

Tentukan target/goals yang spesifik

Buatlah goal yang bisa kamu raih dulu, jangan langsung buat goal yang besar. Tentukan goal secara bertahap, tiap tahun kita harus punya goals baru. Maka dari itu, tentukan target/goals yang sederhana dulu, agar mudah diraih. Setelah berhasil diraih, buat goals baru. Dengan punya goals/tujuan, itu akan jauh lebih baik daripada tidak.

Tentukan niche

Mulailah dari hal hal yang kamu suka dan kamu bisa. Lalu dari sana, cari kira kira niche apa yang bisa kita isi. Karena segala hal pasti ada marketnya. Jangan bahas segala hal, nanti itu bisa menyebabkan channel kita tidak punya identitas, sebenarnya ini channel apa? audience bingung. Jadi penting banget menentukan niche kita apa, agar audience juga mudah menemukan kita.

Siapa target audience kita

Masih ada kaitannya dengan niche, dengan menemukan niche yang tepat. Kita juga bisa dengan mudah mendefinisikan siapa target audience kita. Dikelompokan berdasarkan gender, umur, perilaku, dan lain sebagainya, dari sana kita cari tau apa problem mereka, apa yang mereka suka obrolin, apa yang sedang mereka butuhkan, dll. Maka dari sana, kita bisa punya inspirasi, kira kira konten apa yang kira kira punya potensi.

Analisa kompetitor

Dengan tau topik topik apa yang disukai oleh audience kita, maka kita juga bisa mencari channel-channel lain, untuk mencari tau, topik topik apa saja yang mereka bahas. Dari sana, kita jadi punya inspirasi untuk membuat konten berikutnya.

Mempelajari keunggulan pesaing

Setelah menemukan channel-channel yang sejenis yang juga membahas topik topik yang kita bahas, dimana niche dan target audiencenya mirip dengan kita. Disini kita cari tau, topik apa saja yang mereka bahas, bagaimana cara dia bertumbuh, apa yang menjadi keunikan mereka, dll. Disini kita pelajari apa yang membuat mereka unggul. Kemudian kita terapkan di channel kita. Lama lama kita akan tau, apa sebenarnya keunikan kita. Ada orang bijak berkata “Kita terhindar dari persaingan, karena kita punya keunikan”

Perencanaan

Berdasarkan data – data diatas, goal kita apa, niche yang kita bidik, perilaku target audience kita, siapa kompetitor kita, strategi apa yang digunakan oleh kompetitor kita sehingga dia bisa berhasil, dll. Dari sana kita membuat perencanaan, mau kemana kita, apa yang harus kita siapkan, apa yang harus kita kerjakan, bagaimana kita bisa mencapai ini dan itu.

Setelah mengetahui strategi apa yang akan kita jalankan, tugas berikutnya adalah menyusun sistem, agar prosesnya lebih ringkas dan mudah.

Nah itu adalah teori yang akan saya praktekan pada eksperimen “Membuat channel youtube dari nol” ini. Semua proses perjalanannya, akan saya dokumentasikan disini. Kalau kamu ingin memulai channel youtube juga, tapi bingung mulai dari mana? Jangan segan untuk komen di kolom komentar, kita buka diskusi, kita jalan bareng-bareng.

Salam,

Putu Adi.


belajar kombucha

Follow saya di sosial media

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments