True Story : Ini alasan, kenapa kamu wajib membeli followers sosmed

Sumber Foto : vergizmo.com

Disclaimer : Semua yang saya tulis ini adalah opini pribadi, bersifat subjektif dan merupakan kesimpulan dari pengalaman saya sebagai freelance web developer, yang menghandle client dari beragam bidang dan profesi.

Selain membantu membuat dan mengelola website mereka, untuk beberapa client, saya juga ikut membantu ngembangin akun sosial media mereka. Dan disanalah saya menemukan banyak hal yang menarik, salah satunya tentang fenomena “Beli Followers”.

Karena menurut saya ini menarik, saya putuskan untuk share aja. Siapa tau bermanfaat untuk kalian.

Tapi hal penting yang harus kamu perhatikan adalah, mungkin aja jenis akun sosmed yang lagi kamu bangun, berbeda dari kasus-kasus yang saya jumpai selama ini. Jadi jangan telan informasinya mentah-mentah. Gunakan artikel ini hanya sebagai wawasan saja.

NB. Kamu bisa baca isinya, sesuai sub judul. Untuk menyimak hal-hal yang kiranya penting buat kamu. Karena ini adalah blog pengalaman pribadi, jadi saya memang sengaja bercerita panjang lebar, agar tidak kehilangan konteks.

Baik, saya akan mulai bercerita dari fakta bahwa menaikan jumlah followers itu sulit.

Naikin jumlah followers itu sulit

Sumber Foto : openlylocal.com

Apakah kamu, sedang merintis usaha, dan lagi proses ngenalin produk atau jasa kamu, di sosial media?

Atau, kamu sedang melakukan personal branding, untuk memulai karir sebagai influencer, di sosial media?

Atau mungkin, kamu lagi membangun fanbase, untuk calon penikmat karya-karya kamu di sosial media?

Saya paham banget, gimana susahnya menaikan jumlah followers. terutama untuk akun baru, yang followersnya aja itu masih antara 50 sampai 100 followers.

Berbeda dengan para kompetitor, yang followersnya sudah 5.000, 10.000, bahkan nggak sedikit yang sudah mencapai ratusan ribu.

Dilihat dari angka followers, kalau dibandingin mereka, kok rasanya kita jauuuuh banget ketinggalan ya? 😅

Kira kira apa ya rahasia mereka?, padahal semua akun baru, pasti dimulai dari angka 0 followers kan?

Tapi kenapa followers mereka tumbuh begitu pesat, dalam waktu yang singkat?

Rahasianya adalah, mereka beli followers!

Terdengar seperti lelucon ya, tapi faktanya memang begitu, membeli followers adalah salah satu strategi yang digunakan oleh para bisnis owner, terutama di awal-awal mereka membuat akun sosial media.

Eiittt… jangan komen yang aneh aneh dulu ya gaes, 🤪 silahkan simak artikel ini sampai habis. Nanti saya jelaskan kenapa saya bisa menyimpulkan seperti itu.

Awal mula kenal istilah beli followers

Saya baru tau kalau followers itu bisa dibeli, baru sejak Tahun 2019. Waktu itu banyak yang lagi ngomongin skena per-youtuban. Karena banyak nama – nama youtubers yang lagi naik daun, salah satunya adalah Atta Halilintar, yang khas dengan jargonnya “ahhh Siaaap!” 

Selain ngomongin kesuksesannya, di kala itu juga ada gosip-gosip yang mengatakan bahwa, sebagian jumlah subscribersnya adalah subscribers bot yang dibeli dari jasa subscribers.

Dasarnya adalah, terlihat dari jumlah subscribers dan jumlah views yang tidak sebanding. Anggap aja misalnya subscribersnya 18 juta, sedangkan viewers per videonya cuman 2-5juta aja.

Tapi ini hanya perkiraan aja ya, saya lupa angka persisnya berapa waktu itu. Intinya nggak sebanding antara jumlah subscribers dan viewers per videonya. Sehingga muncul asumsi bahwa, subscribers Atta Halilintar di kala itu adalah subscribers bot (nggak real).

Nah, waktu nongkrong sama temen-temen, kebetulan lagi ngomongin skena per-youtuban ini. Di bahaslah Atta Halilintar, youtubers dengan 18,5 juta subscribersnya itu (Tahun 2019).

Kemudian salah satu teman saya nyeletuk,”Oh kan emang subscribers itu bisa dibeli” “Followers instagram juga bisa dibeli” katanya.

Karena penasaran, akhirnya saya tanya-tanya ke dia, dan dia dengan semangat ngejelasin mulai dari belinya dimana, gimana cara kerjanya, berapa harganya, dan segala macemnya. 

Dan itu pertama kali saya tau, kalau followers sosmed bisa dibeli.

Tapi saya nggak tertarik untuk tau lebih dalam, apalagi menggunakan jasanya, karena memang saya nggak begitu setuju dengan beli followers/subscribers semacam ini.

Saya anti beli followers (pada awalnya)

Kebetulan saya orangnya idealis banget, pengennya melakukan sesuatu harus murni dari hasil kerja keras. Pokoknya anti banget yang namanya cheat/jalan pintas, apapun bentuknya.

Termasuk “membeli followers sosial media”. Karena menurut saya, membeli followers itu curang, nggak keren, memalukan, nggak etis, pembohongan publik, mungkin juga berdosa, dll. Pokoknya konteksnya negatif aja di kepala saya. Dan saya nggak bakal pernah menggunakan jasa tersebut.

Awalnya saya berfikir seperti itu. 😅

Waktu itu saya masih menggunakan sosial media untuk seneng-seneng aja, belum ada pikiran untuk “dagang”, ataupun personal branding, atau apapun lah istilahnya itu.

Yang pada intinya, saya pakai sosmed hanya untuk seneng-seneng aja, bukan untuk nyari uang disana.

Sekali lagi, awalnya saya berfikir seperti itu. 😅

Masuk ke skena Beli Followers, karena bantuin masalah client

Nah seperti yang saya tulis di awal, bahwa saya juga adalah seorang freelance web developer. Dan ada salah satu client saya, tiba-tiba chat, konsultasi masalah beli followers. Kejadian ini sekitar pertengahan 2020.

Pada waktu itu, saya masih belum tau banyak tentang jasa beli followers. Termasuk cara kerjanya. Dan bahkan, saya juga tidak tau gimana cara belinya. 😅

Tapi sebagai konsultan, walaupun nggak paham, saya harus tetap menyimak, dan berusaha memahami kendala dari client. Sehingga, dengan begitu, di akhir nanti, saya bisa ngasih solusinya. Atau seenggaknya, bisa ngasih petunjuk lah, harus ngapain.

Kronologinya :

Client saya ini, sebut saja “Bunga”. Dia adalah seorang sales mobil merk terkenal, kebetulan dealernya di Denpasar. Kalau saya sebut merk mobilnya apa, pasti kalian tau.

Tapi mohon maaf, saya nggak bisa sebut merknya, karena beliau masih kerja disana. Karena yang sedang kita bahas ini adalah “Beli Followers”, yang menurut sebagian orang masih menjadi hal yang tabu.

Nah Mbak Bunga ini, kebetulan pesan websitenya di saya. Dan waktu itu kebetulan websitenya baru aja selesai dan serah terima. Karena webnya udah jadi, beliau juga pengen sekalian naikin jumlah followers instagramnya.

Biar nanti saat mbak bunga mengiklankan websitenya di Google Ads, begitu ada yang ngeliat instagramnya, followersnya terlihat banyak. Dan harapannya terbangun kepercayaan dibenak customer.

Nah cuman, rencana Mbak Bunga nggak berjalan lancar, dimana uangnya udah di tranfer, tapi followersnya belum nambah – nambah, sampai sekitar 2 harian.

Karena kesel, mbak bunga marah – marah ke penjual followersnya, karena merasa dirinya ditipu. Tapi saat itu saya berusaha untuk nenangin Mbak Bunga, karena siapa tau aja memang lagi proses.

Singkat cerita, di hari ke 3, mbak bunga ngabarin saya lagi. katanya followersnya sudah nambah.

Dan sayapun ikut ngecek, ternyata benar. Dari yang awalnya 800 followers (kalau tidak salah), seketika menjadi 10.000an followers hanya dalam waktu kurang dari 1 jam.

Fantastis kan? 😂 gilaaaa kami euforia banget. dan saya juga sempat terpancing pengen langsung beli juga tuh.

Ehhhh tapi tunggu dulu. ternyata euforianya cuman sebentar. Karena kalau diperhatiin, jumlah followers instagramnya mbak bunga, makin lama makin berkurang. Dan jumlah pengurangannya sangat drastis.

Singkat cerita, setelah kurang lebih 1 minggu, jumlah followers yang dari 10.000++ hampir kembali lagi ke jumlah semula, yaitu kurang lebih tinggal sisa 1.000an. (mungkin sekarang udah kembali ke 800).

Dari pengalaman Mbak Bunga ini, akhirnya saya nggak sengaja jadi tau banyak tentang fenomena beli followers. Tidak hanya tentang belinya dimana, harganya berapa, istilah-istilah yang mereka pakai seperti followers indo, followers bule, followers bot, followers asli pasif, dll. Tapi saya juga mulai mempelajari bagaimana cara kerja si penjual followers ini.

Ternyata banyak bisnis owner dan influencer pakai jasa beli followers

Saya lupa persisnya kapan, tapi disatu titik akhirnya keadaan mengharuskan saya menggunakan akun sosmed untuk “jualan”. Dan masuklah saya lebih dalam ke dunia digital marketing.

Disini saya mulai kenal banyak para bisnis owner, terpapar banyak strategi – strategi digital marketing, yang menjelaskan gimana cara memanfaatkan sosmed untuk “jualan”. Dari ilmu-ilmu digital marketing yang saya pelajari, akhirnya saya praktekan satu persatu. 

Akhirnya saya menyadari bahwa, ternyata kalau ngembangin akun sosmed untuk kebutuhan bisnis (untuk jualan), tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi, daripada ngembangin akun sosmed pribadi.

Kalau ngembangin akun pribadi, yang penting foto profil jelas, konten di feeds bagus, dan nggak ada yang aneh-aneh. Saat kita follow seseorang (yang se-level), biasanya bakal mudah untuk di follback.

Apalagi saat kita mau rutin berinteraksi di akun mereka, mereka juga akan dengan senang hati berinteraksi di akun kita. Karena pada dasarnya, orang suka punya temen baru. Apalagi yang aktif nge-likes postingan mereka.

Beda dengan akun yang kita buat untuk jualan, jauh lebih sulit dapetin interaksi dari orang. “Karena pada dasarnya, orang nggak suka dijualin”. Apalagi produk/jasa yang kita jual, nggak related sama mereka.

Kenapa jumlah followers dan jumlah reaksi ini penting untuk akun jualan? Karena jauh sebelum ia ingin beli sesuatu dari kita, dua hal tersebut yang menjadi penilaian singkat, apakah si calon customer percaya pada akun tersebut atau engga.

Pertama dia lihat berapa followersnya, kemudian bagaimana interaksi orang di tiap postingan.

Mungkin dari kamu akan bilang “Ya, semuanya tergantung dari konten. Kalau kontennya bagus, pasti banyak yang nge-likes, comments dan share.”

Oke katakanlah konten kita bagus, dan feeds kita rapi.

Nah masalahnya adalah, akun yang baru dibuat, followersnya masih sangat sedikit. Disinilah inti masalahnya.

Karena followers yang sedikit, runtutan kebelakangnya jadi banyak. yang mempengaruhi performa si akun tersebut.

Yang saya maksud followers dikit itu, antara 50 – 500 followers.

Dengan followers dikit, yang menjangkau akun/konten kita jadi sedikit.

Dengan followers dikit, banyak orang yang ngira akun ini akun palsu.

Dengan followers dikit, ada asumsi akun ini nggak serius, cuman iseng isengan aja.

Dengan followers dikit, orang jadi ragu dan nggak percaya, untuk beli barang di kita.

Dengan followers dikit, orang nggak menganggap akunmu penting.

Jumlah followers itu, sangat mempengaruhi psikologi seseorang.

Mungkin dari kamu juga bakal bilang lagi : “Oh nggak apa apa kok, biarpun followersnya dikit, tapi kalau produk yang dijual bagus dan dibutuhkan banget, pasti orang akan beli.”

Masalahnya adalah, yang jualan produk/jasa tersebut bukan cuman akun kita (yang followersnya dikit ini).

Tapi diluar sana, banyak akun lain yang jualan produk yang sama, tapi akunnya udah jadi. Followersnya banyak, barang yang dijual kualitasnya sama, pelayanannya bagus, ada diskonnya, reputasinya juga terbukti bagus dilihat dari reviews/testimoninya, dll.

Beda dengan akun baru kita, yang followersnya cuman 50-100 misalnya, review/testimoni juga belum ada, belum bisa ngasih diskon, dll.

Sekarang coba pikirkan dan jawab dengan jujur, jika akun baru yang followersnya cuman 100, kemudian disandingkan dengan akun kompetitor yang followers 5.000-10.000. Kira kira orang akan lebih percaya beli dimana?

Secara umum, kita akan lebih percaya sama akun yang udah jadi tersebut kan?

Saat kamu sebagai bisnis owner, yang lagi ngebangun sosial media dari 0, dilema ini pasti nyata banget kamu hadapi.

Nah, karena kenyataannya seperti itu. Akhirnya saya mulai mikir, bener juga ya. Gimana kalau kita beli followers cukup diawal aja, paling engga minimal 1.000 aja deh. Itu udah cukup untuk memberi kesan bahwa, akun julan kita ini, emang akun yang serius jualan.

Nah disini, saya sudah mulai punya ide untuk bikin layanan tambah followers sendiri. Ya, kamu nggak salah baca. Saya ingin buat layanan tambah followers sendiri. Sehingga hampir setiap hari, saya googling di forum-forum programming, tentang memanfaatkan Instagram API untuk membuat bot (program otomatis).

Tapi sebelum masuk ke pembahasa itu, saya mau lanjutkan dulu cerita tentang “demand” atau melihat dari sudut pandang kebutuhan pasarnya seperti apa.

Beli followers itu bukan curang, tapi bagian dari strategi dagang

Yang awalnya saya skeptis, dan menolak praktek-praktek beli followers, akhirnya saya mulai melihat praktek beli followers sosmed ini, sebagai bagian dari strategi dagang.

Kenapa begitu? karena salah satunya alasannya adalah, teman-teman saya, yang punya toko online, hampir semuanya pakai jasa beli followers.😆 Kenapa mereka pakai jasa beli followers? karena para kompetitor merekapun pakai. 😅 Kalau ia nggak ikutan beli followers, ya bakalan kalah bersaing dengan kompetitor mereka.

Karena ini saya alami sendiri juga, bagaimana sulitnya menambah followers secara organik, khususnya untuk akun sosmed untuk jualan.

Karena kalau kita mau jujur-jujuran, kita sendiripun terpengaruh kan? sama jumlah followers?

Jumlah followers itu kan semacam “aksesoris perhiasan”, yang melekat pada brand/bisnis di sebuah akun sosmed. Tentu perhiasan ini tidak hanya satu, selain jumlah followers, juga harus di dukung dengan feeds yang bagus, bio yang menarik, dll.

Kalau diibaratkan seseorang, aksesoris perhiasan itu seperti jam tangan yang ia pakai, pakaian yang ia pakai, sepatu, hingga ke merk hp yang ia pakai. Dengan melihat tampilan luar seseorang, kita sudah punya pandangan tersendiri kan terhadap seseorang itu? Akun sosmed juga gitu.

Ya walaupun ada istilah “dont judge book by its cover”, kalau mau dagang, tolong quotes itu disingkirkan dulu. Karena kita lagi berbicara strategi jualan, jadi jangan minta customer untuk memahami kita.

Jadi tidak bisa dipungkiri bahwa, Jumlah followers, sangat mempengaruhi psikologis calon customer kita. Dalam waktu per sekian detik, cukup dengan melihat jumlah followers aja, calon customer sudah bisa memutuskan, apakah ia yakin atau tidak, dengan akun brand/bisnis tersebut.

Terus mungkin ada yang bilang, “Nggak apa apa dong, selama produknya bagus pasti bakal di beli juga kan?”

Lah masalahnya, yang berbisnis tidak hanya kita sendiri. yang jualan produk yang sama di somed, tidak hanya kita sendiri.

Calon customer, memilih untuk berhenti di satu akun untuk belanja, itu karena ia yakin sama akun tersebut. Kalau dia melihat akun tersebut kurang meyakinkan, maka dia dengan sangat mudah pindah ke akun lain.

Bersambung…

Ceritanya masih panjang. 😅👌

harga beli followers instagram
Sumber : belifollowers.id


belajar kombucha

Follow saya di sosial media

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments